5 Wall Street Secrets to Surviving Existential Crises

5 ideas from investment banking, trading, investing and financial markets that can make us more resilient in our personal lives and help us navigate crisis.

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




PENGARUH PENGENDALIAN GULMA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI SISTEM OLAH TANAH

Daftar Isi

DAFTAR PUSTAKA

Indonesia sebagai negara agraris tentu saja memiliki keragaman hayati yang sangat beragam yang dibuktikan dengan beranekaragam jenis tanaman yang dapat tumbuh di tanah Indonesia. Tanaman-tanaman tersebut dapat digolongkan berdasarkan jenisnya yaitu tanaman perkebunan, hortikultura, obat, dan tanaman pangan (Campbell, 2004)

Salah satu jenis tanaman pangan yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah tanaman kedelai yang memiliki nama latin Glycine max L. yang termasuk dalam tanaman semusim dan bisa tumbuh baik pada tanah sawah atau lahan kering (Sowasono, 1987)

Kedelai ialah komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Komoditas ini mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional. Tanaman kedelai dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai industri makanan, minuman, pupuk, dan pakan ternak. Produksi kedelai dalam negeri ternyata belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan domestik dalam setahun, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap tahun Indonesia mengimpor kedelai dari Amerika Serikat (AS) dan Brazil. Satu dari berbagai faktor yang menjadi penyebab rendahnya produksi kedelai adalah gulma. Kehadiran gulma pada pertanaman kedelai tidak dapat dihindarkam, sehingga terjadi kompetisi antara keduanya. Penurunan hasil akibat gulma pada tanaman kedelai 18%-76%. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu usaha untuk peningkatan produksi kedelai nasional melalui pengendalian gulma secara efektif dan efesiensi. Sistem olah tanah adalah suatu usaha pencegahan tumbuhnya gulma pada arel budidaya tanaman. Sistem olah tanah maksimal. Di lahan pertanian Indonesia, petani sering menggunakan sistem olah tanah maksimal (Hidayat, 1995)

Di Indonesia besar biji sering diukur dari bobot per 100 biji kering. Digolongkan berbibit kecil bila bobot 100 bijinya antara 6–10 g, berbiji sedang bila bobot 100 bijinya 13 g dan bila lebih dari 13g termasuk biji besar.

Mengingat Indonesia dengan jumlah penduduk yang cukup besar, dan industri pangan berbahan baku kedelai berkembang pesat maka komoditas kedelai perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di dalam negeri untuk menekan laju impor (Adisarwonto, 2008)

Usahatani berbasis tanaman kedelai berdasarkan prakteknya di lapangan pada umumnya dilakukan secara pergiliran tanaman. Kebiasaan petani dalam pengelolaan sumber daya lahan untuk usahatani tanaman pangan di lahan kering atau pun pada lahan sawah terskesan memaksa tanpa memperhatikan tingkat kesuburan tanahnya. Pengolahan tanah dan pemupukan dilakukan secara intensif setiap musim tanam. Namun sisa-sisa tanaman diangkut keluar lahan sehingga tidak ada bahan organik yang dikembalikan kedalam tanah, akibatnya tingkat kesuburan tanah semakin berkurang dan berdampak pada produktifitas tanah. Pemanfaatan sisa-sisa tanaman dalam bidang pertanian di lahan kering maupun lahan sawah sangat penting untuk tetap menjaga tingkat kesuburan tanahnya (Atman, 2006)

Pengolahan tanah menjadi salah satu komponen yang sangat penting dalam pengelolaan sumber daya lahan dalam melakukan budidaya tanaman untuk menciptakan keadaan fisik tanah yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkebangan benih dan akar tanaman serta menekan pertumbuhan gulma. Kenyataan yang ada dilapangan bahwa setiap akan menanam, maka petani selalu mengolah tanah secara intensif atau terus menerus sehingga berpotensi dapat merusak struktur tanah. Hal itulah yang akan menyebabkan menurunnya tingkat kesuburan tanah dilahan basah ataupun di lahan kering. Sistem budidaya tanaman kedelai dimulai dengan pengolahan tanah, baik tanpa olah tanah maupun pengolahan tanah intensif. Selanjutnya adalah penanaman, pemupukan dimana pemupukan dapat dilakukan melalui daun atau disebar. Nutrisi tanaman berupa unsur hara mikro dan makro sangat penting bagi masa pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai untuk menunjang produkstivitas tanaman. Nutrisi tanaman yang berasal dari pupuk tidak hanya dapat diberikan lewat akar, namun dapat juga diaplikasikan melalui organ yang lain yaitu daun. Pemupukan semacam ini dikenal dengan istilah pupuk daun. Pupuk daun dianggap aplikasi pemupukan yang efektif apabila diaplikasikan pada lahan kering dengan sistem tanpa olah tanah. Sehingga pemberian nutrisi dan penyerapan nutrisi oleh tanaman dapat dioptimalkan sehingga tanaman tidak kekurangan unsur hara (Hasanuddin, 2016)

Mengapa perlu mempelajari gulma? Jawaban Anda mungkin adalah karena gulma merugikan sehingga perlu dikendalikan. Untuk mengendalikan gulma dengan lebih efektif maka Anda perlu mempelajari ilmu gulma. Pada pertanian lahan kering, gulma merupakan masalah yang sangat penting.

Kedelai ialah bahan makanan dan telah digunakan sebagai bahan dasar pembuatan tempe, tahu, tauco, kecap, dan sebagai bahan campuran makanan ternak. Penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh sistem oleh tanah dan cara pengendalian gulma pada pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max L.) serta memperoleh sistem olah tanah dan cara pengendalian gulma yang tepat pada pertumbuhan tanaman kedelai (Hidayat, 1995)

Saat ini tanaman kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang penting setelah padi disamping sebagai bahan pakan dan industri olahan. Karena hampir 90% digunakan sebagai bahan pangan maka ketersediaan kedelai menjadi faktor yang cukup penting. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting sebagai sumber protein nabati untuk peningkatan gizi dan mengatasi penyakit kurang gizi seperti busung lapar. Perkembangan manfaat kedelai di samping sebagai sumber protein, makanan berbahan kedelai dapat dipakai juga sebagai penurun kolesterol darah yang dapat mencegah penyakit jantung. Selain itu, kedelai dapat berfungsi sebagai antioksidan dan dapat mencegah penyakit kanker. Oleh karena itu, kebutuhan kedelai akan meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat tentang makanan sehat. Produk kedelai sebagai bahan olahan pangan berpotensi dan berperan dalam menumbuh kembangkan industri kecil menengah bahkan sebagai komoditas ekspor (Sowasono, 1987)

Gulma ialah tumbuhan yang kehadirannya tidak dikehendaki oleh manusia. Keberadaan gulma menyebabkan terjadinya persaingan antara tanaman utama dengan gulma. Gulma yang tumbuh menyertai tanaman budidaya dapat menurunkan hasil baik kualitas maupun kuantitasnya.

Gulma mempunyai kemampuan bersaing yang kuat dalam memperebutkan CO2, air, cahaya matahari dan nutrisi. Pertumbuhan gulma dapat memperlambat pertumbuhan tanaman. (Rukmana & Yuniarsih, 1998)menyatakan bahwa gulma menyerap hara dan air lebih cepat dibanding tanaman pokok. Gulma berpengaruh langsung pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Penurunan hasil akibat gulma pada tanaman kedelai dapat mencapai 18% — 76%.

Penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh sistem olah tanah dan cara pengendalian gulma pada pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max L.) serta memperoleh sistem olah tanah dan cara pengendalian gulma yang tepat pada pertumbuhan tanaman kedelai. Penelitian ini dilaksanakan di area persawahan yang berada di desa Semanding, Kecamatan Dau, Malang, Jawa Timur, pada bulan Januari sampai dengan April 2014. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Petak Terbagi (RPT) dengan 3 kali ulangan. Sebagai petak utama adalah sistem olah tanah yaitu T0 (tanpa olah tanah), T1 (olah tanah minimum), dan T2 (olah tanah maksimum). Sebagai anak petak adalah G0 (tanpa penyiangan), G1 (penyiangan 30 dan 45 hst), dan G2 (herbisida pasca tumbuh glifosat 240 g l-1 (0 hst) dan penyiangan 45 hst). Parameter pengamatan pertumbuhan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang.

Parameter pengamatan panen meliputi jumlah polong isi per tanaman, jumlah biji per tanaman, dan berat polong per tanaman. Parameter pengamatan gulma meliputi analisis vegetasi gulma dan berat kering gulma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan olah tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, bobot polong, dan hasil kedelai (ton ha-1 ). Perlakuan pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap berat kering gulma, jumlah cabang, jumlah polong, dan jumlah biji. Interaksi antara sistem olah tanah dan pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap bobot kering gulma pada umur 45 dan 60 hst dan jumlah bunga 45 hst.

Hasil analisis vegetasi dari keseluruhan perlakuan pada tiap pengamatan (15–60 HST) gulma yang lebih banyak mendominasi adalah Cynodon dactylon dan Cyperus rotundus. Pada berbagai perlakuan pengendalian gulma, baik pengendalian dengan cara penyiangan maupun penggunaan herbisida, gulma Cynodon dactylon dan Cyperus rotundus menjadi gulma dominan dikarenakan Cynodon dactylon termasuk dalam golongan gulma ganas, sedangkan Cyperus rotundus termasuk dalam golongan gulma sangat ganas, hal ini sesuai dengan yang dijelaskan (Prayogo, 2005) yang menyatakan bahwa gulma yang termasuk dalam golongan tersebut akan berpengaruh negatif pada tanaman budidaya, karena gulma tersebut memiliki sifat yang sulit untuk dikendalikan dan memiliki ruang penyebaran yang luas sehingga akan selalu hadir di setiap lahan budidaya. Sifat gulma yang sulit dikendalikan tersebut dalam proses pengendalian diperlukan suatu sistem pengolahan secara tepat sehingga keberadaan gulma tidak mengganggu proses pertumbuhan tanaman budidaya. Proses pengolahan tanah ditentukan oleh kondisi tanah, dimana kondisi tanah yang berbeda juga membutuhkan perlakukan yang berbeda sehingga keberadaan gulma dapat dikendalikan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan tanah menjadi penyebab utama terjadinya kerusakan struktur tanah dan terkikisnya kandungan bahan organik tanah akibat erosi (Misran, 2013)

Interaksi antara perlakuan olah tanah dan pengendalian gulma menunjukkan pengaruh nyata terhadap bobot kering gulma pada umur 45 dan 60 HST (Tabel 1). Perlakuan olah tanah maksimum dan tanpa penyiangan menunjukkan hasil nyata tertinggi pada umur 45 dan 60 HST. Hal tersebut terjadi diduga karena pengolahan tanah sempurna (olah tanah maksimum) seringkali tidak mampu mengendalikan keberadaan gulma karena selama pengolahan tanah terjadi proses penyebaran organ — organ vegetatif gulma seperti stolon, rhizome dan akar yang terpotong oleh alat pertanian sehingga populasi gulma meningkat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rachman et al. (2004) bahwa sistem tanpa olah tanah adalah cara penyiapan lahan yang menyisakan sisa tanaman di atas permukaan tanah sebagai mulsa yang menutupi sebagian besar (60–80%) permukaan lahan, mulsa dapat menekan pertumbuhan gulma.

Tabel 1. Rerata Bobot Kering Gulma Akibat Terjadinya Interaksi Antara Olah Tanah dan Pengendalian Gulma Pada Umur Pengamatan 45 dan 60 HST

Perlakuan

Rata-rata Bobot Kering Gulma (g m-2 )

Tanpa Penyiangan

Penyiangan 30 dan 45 HST

Herbisida Pasca Tumbuh Glifosat 240 g L-1 dan Penyiangn 45 HST

45 HST

Olah Tanah

Tanpa Olah Tanah

Olah Tanah Minimum

Olah Tanah Maksimum

5.50 cc

5.40 cc

25.10 d

1.60 a

6.30 c

1.60 a

4.40 bc

2.60 ab

1.60 a

BNT 5 % 2.35

60 HST

Olah Tanah

Tanpa Olah Tanah

Olah Tanah Minimum

Olah Tanah Maksimum

9.70 b

13.30 b

41.60 d

11.10 b

11.50 b

18.30 c

9.90 b

5.60 a

20.90 c

BNT 5 % 3.52

Keterangan : Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%; HST = Hari Setelah Tanam.

Olah tanah minimum meningkatkan tinggi tanaman sebesar 8,78% dan bobot polong sebesar 32,13% dibandingkan tanpa olah tanah dan olah tanah maksimum. Aplikasi herbisida glifosat 240 g l-1 (0 hst) dan penyiangan 45 hst mampu mengendalikan atau menekan pertumbuhan gulma sebesar 77,50%. Olah tanah maksimum dan tanpa penyiangan nyata memiliki jumlah bunga tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya atau mampu meningkatkan jumlah bunga sebesar 74,23%.

Gulma sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kedelai, karena jika dalam satu tempat tanaman kedelai dan gulma akan memperebutkan unsur hara yang ada didalam tanah. Karena itu, tanaman gulma akan mengalami penghambatan dalam pertumbuhan.

Daftar Pustaka

Adisarwonto. (2008). Budidaya Tanaman Kedelai. Jakarta: Penebar swadaya.

Atman. (2006). Budidaya Tanaman. Jurnal Ilmiah 6(3), 289–296.

Campbell. (2004). Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Hasanuddin, A. (2016). Aplikasi Dosis Glifosat dan Pengaruh Terhadap Hasil Kedelai. Jurnal Agrista 16(3), 135–145.

Hidayat, O. (1995). Morfologi Tanaman Kedelai. Jakarta: Bagian Penelitian Tanaman.

Misran. (2013). Studi Penggunaan Pupuk Hayati. Jurnal Pertanian Terapan 13(3) , 206–210.

Prayogo, D. P. (2005). Pengaruh Pengendalian Gulma Pada Hasil Tanaman Kedelai. Jurnal Produksi Tanaman 5(1), 24–32.

Rukmana, R., & Yuniarsih, A. (1998). Kedelai Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta: Kanisius.

Sowasono, M. (1987). Biologi Pertanian. Jakarta: Rajawali Press.

Wibowo, A. (2007) Efektivitas Herbisida Untuk Pengendalian Gulma Pada Kedelai. Jurnal Penelitian Tanaman 4(1), 43–67

Add a comment

Related posts:

An Afternoon Along The Seashore

Seashore has got a lot to tell if we have the ears to listen. I saw a love story of a sea and the shore and it beautifully captivated my heart.

Data Storage Evolution

Among the many memories I have of my father in our chats about technology, one of the most striking (and recurring) is related to the rapid evolution of storage media. When I was in college, I showed…

How To Be Patient In Tough Times

I have always been a person that never had much patience in me. I never really appreciated nor paid attention to anyone that told me to be patient in times of trouble. This was always gibberish to me…